Salam Persahabatan

SAMPAIKAN KOMENTAR ANDA

Rabu, 02 November 2011

GBS : BELAIAN KASIH, OBAT JASAD DAN JIWA

Sebagai orang tua, apa yang anda rasakan ketika kita melihat anak sakit tak berdaya, brada di ruang isolasi yang bernama ICU, tanpa dapat ditemani oleh ayah ibunya, sementara kita ingin memberikan support dan motivasi kepadanya melalui belaian dan tatapan kasih saying….. miris bukan?
Itulah yang saya rasakan ketika menjenguk anak teman saya di ruang ICU RSCM tanpa seorangpun boleh mendampingi di sisi tempat tidurnya, sekalipun ayah ibunya, padahal bagi seorang anak, kekuatan dia untuk sembuh bias diperoleh salah satunya adalah dari bisikan, belaian dan sentuhan kekuatan kedua orangtuanya.
Sungguh, air mata ini tergenang ketika saya menjenguknya dan hanya bias melihatnya di kaca, saya pikir karena saya orang lain, tetapi ternyata ketika mengobrol dengan kedua orangtuanya, merekapun tidak diperkenankan untuk masuk, kecuali dari kaca dan pada jam besuk.

Saya pikir, Rumah sakit ini sama dengan rumah sakit2 yang lain, dimana yang boleh masuk ke ruangan ICU hanya keluarga terdekat saja dengan menggunakan baju khusus, terutama orangtua, tapi ternyata tidak di rumah sakit ini, sungguh, bagi saya orang awam sungguh hal ini tidak bias masuk akal, bagaimana anak bias merasa nyaman dan punya motivasi sementara untuk menghadapi penyakitnya saja bagi dia sesuatu yang sangat berat, dia harus mendapatkan support paling tidak dari kedua orangtuanya agar mampu menghadapi penyakit yang berat ini, sementara kedua orangtuanya tidak diperkenankan menyentuhnya, lalu dari mana dia akan mendapatkan kekuatan itu, kalau kebetulan dia mendapatkan perawat yang sabar, care dan ramah, kalau tidak, bukankah itu hanya akan menambah anak semakin sakit?

Terlebih anak temanku itu terkena penyakit langka dan sangat menyedihkan, yaitu GSB (Guilain Barre Sindrome), bagaimana tidak, anak yang tadinya sehat, gemuk, segar dan ceria, tiba2 terkena penyakit ini sacara mendadak dan melumpuhkan otot2nya.

Apa itu GBS atau SGB?
Sindroma Guillain-Barre (SGB) merupakan penyebab kelumpuhan yang cukup
sering dijumpai pada usia dewasa muda. SGB ini seringkali mencemaskan penderita
dan keluarganya karena terjadi pada usia produktif, apalagi pada beberapa keadaan
dapat menimbulkan kematian, meskipun pada umumnya mempunyai prognosa yang
baik.
Pada tahun 1859, seorang neurolog Perancis, Jean-Baptiste Landry pertama
kali menulis tentang penyakit ini, sedangkan istilah landry ascending paralysis
diperkenalkan oleh Westphal. Osler menyatakan terdapatnya hubungan SGB dengan
kejadian infeksi akut. Pada tahun 1916, Guillain, Barre dan Strohl menjelaskan
tentang adanya perubahan khas berupa peninggian protein cairan serebrospinal
(CSS) tanpa disertai peninggian jumlah sel. Keadaan ini disebut sebagai disosiasi
sitoalbuminik. Nama SGB dipopulerkan oleh Draganescu dan Claudian. Menurut
Lambert dan Murder mengatakan bahwa untuk menegakkan diagnosa SGB selain
berdasarkan gejala klinis,pemeriksaan CSS, juga adanya kelainan pada pemeriksaan
EMG dapat membantu menegakkan diagnosa. Terdapat perlambatan kecepatan
hantar saraf pada EMG.
Penyakit ini terjadi di seluruh dunia, kejadiannya pada semua musim. Dowling
dkk mendapatkan frekwensi tersering pada akhir musism panas dan musim gugur
dimana terjadi peningkatan kasus influenza. Pada penelitian Zhao Baoxun
didapatkan bahwa penyakit ini hampir terjadi pada setiap saat dari setiap bulan
dalam setahun, sekalipun demikian tampak bahwa 60% kasus terjadi antara bulan
Juli s/d Oktober yaitu pada akhir musim panas dan musim gugur.
Insidensi sindroma Guillain-Barre bervariasi antara 0.6 sampai 1.9 kasus per
100.000 orang pertahun. Selama periode 42 tahun Central Medical Mayo Clinic
melakukan penelitian mendapatkan insidensi rate 1.7 per 100.000 orang.
Terjadi puncak insidensi antara usia 15-35 tahun dan antara 50-74 tahun.
Jarang mengenai usia dibawah 2 tahun. Usia termuda yang pernah dilaporkan adalah
3 bulan dan paling tua usia 95 tahun.
Etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti
penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan/penyakit
yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB, antara
lain:
Infeksi
Vaksinasi
Pembedahan
Penyakit sistematik:
o keganasan
o systemic lupus erythematosus
o tiroiditis
o penyakit Addison
Kehamilan atau dalam masa nifas
SGB sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi
kasus SGB yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1
sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi timbul seperti infeksi saluran pernafasan
atas atau infeksi gastrointestinal
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendir. Pengobatan secara
umum bersifat simtomik. Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh
sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama dan angka kecacatan
(gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan. Tujuan terapi
khusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat penyembuhan
melalui sistem imunitas (imunoterapi).
Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan
dibandingkan plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih ringan. Dosis
maintenance 0.4 gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis
maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.
Secara sederhana, GBS ini adalah virus yang menyerang syaraf tepi otot sehingga otot kehilangan fungsinya untuk bergerak dan yang lebih membahayakan apabila menyerang pada otot pernafasan, itulah yang terjadi pada anak temanku otot pernafasannya diserang sehingga daya pperstaltik diseputar otot pernafasannya kehilangan fungsi.
Saat ini, anak temanku harus diobati oleh gammaris ini, yang harga satu ampulnya mencapai 21,5jt, yang diberikan selama 5 hari berturut-turut.
Saya paham, mungkin RSCM memakai ketentuan internasional dalam memberlakukan peraturan di ruang ICU, namun apakah salah bila kita meyakini bahwa sentuhan orangtua punya kekuatan lain selain obat untuk mempercepat penyembuhan seorang anak? Apakah nurani harus diabaikan hanya karena terbelenggu sebuah peraturan yang dibuat oleh manusia, bukankah yang menurunkan penyakit adalah sang Maha Kuasa, dan tentunya melalui keajaiban yang Maha Kuasa pula penyakit dapat disembuhkan, dan itu adalah sebaik-baiknya obat.
Semoga, di lain hari peraturan ini dapat sedikit dilonggarkan terutama untuk pasien anak-anak yang masih membutuhkan kekuatan kedua orangtuanya…..
Ya Allah, sembuhkanlah anak temanku itu, berilah kekuatan kepada anaknya agar dapat berjuang mengatasi penyakitnya, kuatkanlah jiwanya ya Allah… karena dia harus terpisah dari kedua orangtuanya, para perawat…. Tolonglah perlakukan dia dengan baik, hanya kalianlah saat ini orangtuanya……
Untuk temanku, saudaraku, kuatkanlah hati kalian, insya Allah, Allah akan beri kesembuhan

(tentang GBS disadur dari makalah Dr ISKANDAR JAPARDI
Fakultas Kedokteran
Bagian Bedah
Universitas Sumatera Utara)

1 komentar:

  1. Semoga kita dan keluarga tidak diberi cobaan penyakit seperti ini dan penyakit2 berat lainnya, dan semoga yang sedang sakit segera diberi kesembuhan, amien.

    BalasHapus

Daftar Blog Saya