Salam Persahabatan

SAMPAIKAN KOMENTAR ANDA

Sabtu, 01 Februari 2014

KISAH PERTAPA DAN KEPITING

Suatu ketika di sore hari yang sejuk nampak seorang pertapa muda sedang bermeditasi dibawah pohon tidak jauh dari tepi sungai. Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba2 perhatiannya terpecah kala mendengar gemerik air yg tidak beraturan. Perlahan-lahan iapun membuka mata dan segera melihat kearah tepi sungai sumber suara tadi berasal. Ternyata, ada seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai supaya tidak hanyut terbawa arus. Melihat hal itu, sang pertapa muda merasa kasihan dan segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat tangan yg terjulurpun kepiting tersebut menjepit jari sang pertapa muda sampai terluka. Tapi sang pertapa muda puas dapat membantunya dan kemudian meneruskan meditasinya.
Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terulang kejadian seperti certitatersebut diatas sampai 2x sampai mengakibatkan jari pertapa muda tambah bengkak . Tiba-tiba datanglah seorang tua yang melihat kejadian itu datang menghampiri dan menegur si pertapa muda. “Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tapi mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capitnya melukaimu hingga sobek seperti itu?”
Pertapa Muda : “paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya utk memegang benda, dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa mahluk lain walaupun itu hanya seekor kepiting”.
Mendengar jawaban si pertapa muda itu, kemudian orang tua itu memungut sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting kearah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai. Segera si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya.
Orang Tua : “Lihat, anak muda. Melatih sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni utk menolong mahluk lain, tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun kita manfaatkan bukan?”
Seketika itu si pertapa muda tersadar. “Terima kasih paman. Hari ini saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijakan. Dikemudian hari, saya akan selalu ingat kebijakan yang paman ajarkan”.
Mempunyai sifat belas kasih, mau memperlihatkan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu untuk anak kita, orang tua, sanak saudara, teman dan siapapun. Tetapi, kalau cara menolongnya salah, seringkali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang. Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya berniat membantu malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu.
Karena itu, adanya niat baik dan tindakan berbuat baik seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi yang membantu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya