Salam Persahabatan

SAMPAIKAN KOMENTAR ANDA

Kamis, 10 Juli 2014

SEBUAH PILIHAN

           

Disebuah keheningan malam, di saat orang-orang masih terbuai dalam peraduan, terdengar sayup-sayup seorang perempuan melafalkan kalam illahi
“Ahasibannaasu anyutrokuu anyaquulu aamanna wahum laa yuftanuun
Walaqod fatannalladziina minqoblihim falaya’lamnnallohulladziina shodaquu walaya’lamannal kaadzibiin.” (Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Alloh pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta)
Berulang-ulang dibacanya ayat tersebut dengan airmata yang tak kuasa dibendungnya, sajadahnya sudah basah, sobekan surat  berserakan disekitar tempatnya sholat, mengadukan seluruh kepedihan hidup hanya kepada-Nya melalui sujud yang panjang, dikeheningan malam.  Sungguh tak disangka akan beginilah jawaban yang dia dapatkan dari seorang laki-laki yang selama ini menghiasi hari-hari dihatinya walau jauh dari pandangan mata, seorang lelaki yang dia yakini akan merajut masa depan dengan kebersamaan membina mahligai rumahtangga bersamanya.  Padahal, dia sudah mempesiapkan diri untuk mendapatkan jawaban ini, karena dia tahu perjuangan untuk menjadi seorang muslimah sejati memerlukan pengorbanan yang cukup tinggi termasuk kesenangan duniawi, maka…..jauh sebelum dia memberikan penawaran pada lelaki tersebut, dalam sholatnya selalu dikumandangkan do’a “ Ya Alloh….apabila dia jodohku, dekatkan, permudahkan dan berikan pula hidayah padanya agar kami bisa membangun keluarga dakwah bersama-sama, namun apabila dia bukan jodohku, jauhkanlah…. beri aku kekuatan,keikhlasan menerima kenyataan yang Engkau berlakukan, berikan aku pengganti yang lebih baik daripadanya….”.   
Sebagai seorang wanita yang  baru semangat dalam memperdalam agamanya, dia menginginkan segala sesuatu berjalan baik, langkah awal yang dia lakukan adalah mengajak kekasihnya untuk memperdalan agama pula agar ketika mereka membina rumahtangga dapat berjalan seiringan, kemungkinan terburuk dari jawaban kekasihnya dia sudah mempersiapkan diri.  Tapi, sungguh…dia ternyata hanya seorang manusia biasa, ketika tawaran pertama tak mendapat tanggapan, dia memberikan penawaran ke dua dengan sedikit mengancam,  dia tidak ingin hubungan mereka tidak ada kepastian, sementara dia sudah tahu bahwa hal ini melanggar etika agama, atau hubungan mereka selayaknya teman, dan….inilah akhir dari penantiannya yang panjang, sang kekasih memberikan jawaban pasti, lebih baik berteman biasa daripada harus melamarnya segera tanpa kesiapan materi yang cukup, walaupun sudah berpenghasilan.  Inilah jawaban yang menghentakkan bathinnya, dia seperti terbangun dari mimpi yang panjang, bahwa dia sudah demikian terlena dari pesona dunia, ah…harga dirinya selaku seorang wanita seperti tercampakan, kesetiaannya seolah tersia-siakan.  Bathinnya menangis, mengharu-biru, inilah rupanya ujian pertama atas kesetiaannya pada sang pencipta, apakah kesetiaan pada makhluk akan mengalahkan kesetiaannya pada sang Kholiq ? dan… seolah-olah sang kholiq ingin membuktikan kasihsayangNya, tak lama dari jawaban yang diberikan kekasihnya, terdengar kabar bahwa ternyata sang kekasih terlibat “cin-lok” alias “ cinta lokasi “, ini semakin membuktikan siapa sebenarnya lelaki yang sudah begitu dicintai selama 5 tahun ini…………

Ternyata, untuk menuju keikhlasan memang bukan suatu hal yang mudah, hampir sama ketika dia harus kehilangan ibu dulu (walaupun lebih berat) berjuang melawan hawa nafsu amarah dan perasaan dicampakan juga bukan suatu hal mudah, “ Kamu tidak dicampakan, tapi kamu diselamatkan, ternyata dia bukan laki-laki yang baik buatmu…” kakaknya berusaha membesarkan hatinya, padahal baru beberapa waktu yang lalu dengan yakinya dia katakan pada ayah, kalau sang kekasih pasti datang melamarnya.  Reaksi dari semua itu adalah dia terkapar sakit cukup lama, seolah sang kholiq memberikan kesempatan pada dirinya untuk berdzikir menenangkan diri, sekaligus instropeksi atas janji setianya pada sang Kholiq, “ Ya Alloh….beri aku kekuatan, beri aku keikhlasan, palingkan aku dari masalaluku yang suram………” tanpa sadar,kebencian dan ketidak percayaan pada lelaki yang pernah menjadi kekasihnya selalu dia hembuskan dalam hatinya seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran dia untuk menerima ketentuan-Nya.
Dua tahun dari kejadian tersebut, seorang ustadzah menawarkan seorang lelaki sholeh, ta’at, walaupun belum berpenghasilan tetap, “ Maaf ibu, bukan saya tidak percaya sama ibu, bisakah saya menguji kesungguhannya?”  “ Ya, tentu saja…”  “ Rumah ayah saya ratusan kilometer dari sini, bisakah dia datang dulu berkenalan dengan ayah dan keluarga saya?”   Begitulah…jauh dilubuk hatinya selaku makhluq yang dhoif memang kadang terlintas kekhawatiran untuk dikecewakan lagi, namun ternyata lelaki ini memang sholeh dan besungguh-sungguh, walau penghasilan belum mencukupi, tempat jauh dicapai, dia datang dengan gagah berani membawa izzah seorang muslim yang memuliakan wanita, mengemukakan kesungguhan, untuk segera datang melamar……
Malam ini, perempuan itu tafakur lagi, sajadahnya basah, tapi kali ini dia menangis bahagia, bahagia karena dia bisa memerangi hawa nafsunya, bahagia karena ternyata Alloh dengan cepat memberikan pengganti seorang lelaki yang lebih baik dari lelaki kemarin, bahagia karena esok hari akan ada seorang lelaki sholeh meminang sekaligus menikahinya, walau perasaannya sebagai manusia biasa terhadap lelaki bekas kekasihnya dulu seringkali timbul tenggelam antara cinta dan benci, namun dia yakin selama kedekatannya pada sang Kholiq tetap dijaga, maka Dia akan menjaganya pula “ Intansurullohu yansurkum, wayutsabit aqdamakum” – Barang siapa menolong agama Alloh, maka Alloh akan menolong mereka.

Bekasi, mei 2006
Diilhami dari cerita seorang teman

Ummu Mush’ab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya