Sejujurnya……. Aku malu mengakui bahwa
aku masih mencintainya…….. namun ternyata waktu dan keadaan tak mampu membunuh
perasaan itu………Bertemu dengannya seperti sebuah mimpi. Berbagai macam perasaan berkecamuk di hatiku,
antara ingin menumpahkan kerinduan, juga ingin menumpahkan kemarahan yang sudah
sekian puluh tahun terpendam.
PASRAH memang adalah sebuah kata
akhir, ketika manusia sudah tidak mampu berbuat apa-apa lagi……. Persoalannya
sekarang adalah, bukan terletak pada lima
huruf tersebut semata, namun bagaimana kemudian kita mengelola yang sudah ada
dan meninggalkan masa lalu kita……..
Namun bila kemudian persoalan saat ini ditimbulkan karena SEBUAH MASA
LALU YANG TIDAK SELESAI, akankah kemudian harus dibiarkan?
Kenapa aku katakan
belum selesai? Karena dia tidak pernah berusaha menyelesaikan dengan cara
”Bagaimana seorang laki-laki yang menghargai wanita menyelesaikannya”, aku
menunggu dia untuk menyelesaikannya, sekalipun kemudian memutuskan untuk tidak
meneruskan apa yang sudah, pernah dan akan
terjadi diantara kita........ Episode itu diakhiri dengan begitu
saja.... tanpa pernah bertemu, menyapa, ataupun saling mengutarakan isi hati
masing-masing dengan lisan, karena sebetulnya bila kita melakukan itu waktu
dulu, kita masih punya getaran hati yang kuat, yang kemudian akan merubah
keputusan kita........... seperti pertemuan kita hari ini.......... yang kita
akui masih menebarkan pesona, getaran hati, dan telapak tangan yang berubah
dingin, serta pandangan mata yang masih mampu menyihir............
Perjuangannya
hari ini untuk bertemu denganku, membuat hatiku pilu, andaikan hal itu
dilakukannya waktu dulu......... Berjuang mengorbankan waktu dan tenaga untuk
bertemu dan menemuiku di tempat aku merantau, tentu aku akan sangat tersanjung.........bahwa
aku begitu dicintainya.......... Ternyata....... dia baru menunjukkannya hari
ini......... Ketika kami sudah menjadi milik dan bagian orang lain, aku masih
tersanjung........... tapi, tanpa harapan........ Pupus!
TAKDIR, seringkali kita menyalahkan takdir........ padahal
takdir boleh kita minta agar berpihak pada kita, dengan do’a dan azzam yang
sungguh-sungguh........ sayangnya, pengetahuan agamaku dulu begitu dangkal, aku
memahami do’a seolah tak boleh diminta, tapi hanya minta yang terbaik
semata......... Ternyata, kita boleh minta yang kita inginkan, kemudian hasil
akhir kita serahkan pada-Nya. Dulu, aku
pikir dengan meminta kita malu pada SANG KHOLIQ dan merasa tak pantas.......
Padahal kita boleh minta, karena DIA Maha Mengabulkan Do’a.........
Hari ini,
aku bahagia bertemu dengannya, sekaligus bersedih, karena pertemuan itu tidak
akan pernah membuahkan apa-apa...........
Cikarang, 14 Juli
2008
curahan seorang perempuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar